ISLAM
AND HUMANITY
Islam
bukan hanya satu-satunya agama yang paling sempurna yang ada di muka bumi ini,
namun Islam juga merupakan satu-satunya agama yang mengatur kehidupan para
pemeluknya di tinjau dari berbagai sudut aspek kehidupan mulai dari masalah sosial,
budaya, pendidikan, ekonomi, hukum, bahkan politik. Sebagai salah seorang dari
umat yang beruntung menjadi umat Nabi Muhammad S.A.W. sudah sepatutnya kita
bersyukur dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada sang Khalik.
Islam yang notabenenya merupakan agama yang
paling sempurna ini kadangkala masih bayak pihak yang masih meragukannya
seperti yang kita ketahui bersama pada masa politik sekarang, Islam malahan
juga dapat menjadi salah satu senjata perang yang paling mutakhir di medan
perang politik, dewasa ini. Tidak hanya dijadikan senjata, lebih parahnya Islam
agama tercinta kita ini dijadikan sebuah mesin canggih yang difungsikan sebagai
alat adu domba. Ya, agama yang kita sanjung-sanjungkan ini beralih fungsi dari
yang asalnya sebagai falsafah pengatur hidup kita, menjadi mesin durjana
pemecah belah persatuan kita di negara tercinta kita ini, Indonesia. Dengan
mengatasnamakan seruan-seruan takbir atau mengusung ulama-ulama, kiai-kiai,
santri-santri, dan bahkan semua mualim-mualim dijadikan sebagai tameng-tameng
dimana sebenarnya para provokator bersembunyi dan menjadikan tipu daya muslihat
bagi para awam yang sangat rentan dipengaruhi terlebih pada masa panas-panasnya
perpolitikan di Indonesia.
Dewasa ini, terlihat bahwa korupsi, kolisi,
dan nepotisme menjadi hal yang lumrah di negeri kita ini, sekalipun kita
mencacinya namun realitas berkata sebaliknya, justru pada masa ini terkadang
tanpa kita sadari sebagian besar masyarakat malah melindunginya, dengan alasan
yang kadang tidak rasional. Kesejahteraan dan pemerataan yang selalu kita
idam-idamkan seolah terbekukan dan terlumpuhkan sehingga menyebabkan
kesenjangan sosial yang cukup tinggi, persoalan ini menjadi sesuatu yang
hampir-hampir terlupakan tertutupi isu-isu hoaks yang marak dan menjadi
headline utama yang ramai diperbincangkan. Isu-isu kemanusiaan seolah menjadi
berita selingan di kala maraknya berita berita politik yang kesannya
saling menjatuhkan lawan politiknya.
Rakyat seolah disuapi secara teratur oleh berita-berita hoaks yang tidak terfilter
yang mengakibatkan mereka, masyarakat awam bingung dan tidak tahu bagaimana
harus bersikap, sebagian yang sudah teracuni pikirannya bergerak semakin tidak
rasional dan malah menyebar fitnah yang demikian keji dan melupakan sudah, hati
nurani mereka yang seolah berteriak meminta semua itu dihentikan. Gelap mata
dan rasa kebencian yang dikibatkan ketidakpuasan terhadap suatu hal menjadi
bahan bakar sempurna untuk menyulut api pertikaian antar golongan.
Seruan-seruan kebencian menjadi satu titik kulminasi yang mengindikasikan bahwa
negara kita ini sudah hampir berubah menjadi negara terbelakang yang cacat
mental dan tak beradab.
Padahal,
semestinya di masa-masa politik seperti sekarang harusnya menjadi momentum
pesta demokrasi rakyat, dimana rakyat menjadi acuan dalam menentukan pemimpin
di kemudian hari. Realitasnya terjadi begitu kontardiktif, rakyat kecil yang
berada di pelosok negri ini hanya dapat bungkam, para netizen dengan segala
kesok tahuannya berubah menjadi dewa-dewa tak kasat mata diatas media sosial, saling
menghakimi, menyalahkan, bahkan sampai tega memfitnah, apabila telah hampir
terpojok. Sebagai kawula muda, para pengguna media sosial semestinya daripada
hanya menjadi ”hakim” tak kasat mata diatas mesin ketik, alangkah indahnya
apabila kita bersama-sama kiranya saling merangkul dan mencoba berbuat sebanyak
mungkin hal baik dan positif demi banyak orang.
Sebenarnya
media sosial adalah salah satu media yang paling menunjang dalam penyebaran
berita, sehingga memudahkan kita dalam mendapatkan informasi secepat mungkin.
Namun yang perlu kita sadari bersama pula, adalah keakuratan suatu berita.
Keautentikan suatu informasi juga perlu diperhatikan, sebagai pemuda-pemudi di
era sekarang, kita perlu untuk memfilter segala berita dan informasi yang
benar-benar terjadi dengan banyak memiliki berbagai sumber berita, sehingga
kita diharapkan dapat membandingkannya sebelum menyerapnya dan kemudian beropini
lebih jauh. Dengan media sosial, hal positif lain yang sebenarnya sangat
menunjang adalah perekrutan relawan
untuk membantu para masyarakat di berbagai pelosok Indonesia, kegiatan ini
biasa bergerak diberbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan, dan sosialisasi
berbagai hal menyangkut permasalahan global di masa sekarang. Kegiatan
kemanusiaan juga bergerak dengan amat cepat dengan bantuan teknologi, sehingga
salah satu manfaatnya paling terlihat yaitu dapat mengumpulkan donasi dari
banyak donatur di seluruh penjuru negeri untuk membantu meringankan beban
saudara-saudara sebangsa kita yang tengah dirundung kemalangan, akses dalam
melakukan pendistribusian pun semakin mudah dengan berbagai kemudahan dari
semakin majunya penemuan di berbagai bidang teknologi. Hal inilah yang seharusnya
menjadi suatu titik terang bagi kita para pemuda-pemudi muslim yang beriman untuk
dapat membantu saudara-saudara kita di berbagai pelosok negeri dan bahkan di
luar negeri, terutama negeri-negeri saudara kita seperti Palestina, Suriah,
Yaman, Ughiur, dan masih banyak lagi negara saudara seiman kita yang sedang mengalami
masalah kelaparan, peperangan, dan masih banyak lagi isu kemanusiaan lainnya.
Namun
tidak cukup sampai di situ hal yang perlu diperhatikan dari berbagai sudut dari
permasahan ini juga adalah bagaimana solusi yang dapat kita tawarkan sebagai
pemuda-pemudi muslim yang pastinya peduli dan pastinya ingin turut pula berkontribusi
dalam meringankan beban saudara-saudara kita di berbagai penjuru negeri lain,
dan membuktikan bahwa agama kita merupakan agama yang paling sempurna dan
merupakan agama rahmatan lil alamien, rahmat bagi seluruh alam. Insyallah,
Allahu Akbar. Nah disini saya, ingin menyampaikan beberapa opini yang mungkin
dapat dijadikan suatu preferensi bagi kita semua para pemuda-pemudi muslim
terutama yang berada di Indonesia, Barakallahu, bahwa kita semua tinggal di
negara aman yang luar biasa kaya akan berbagai sumber daya alam hayati maupun
non-hayati, pemerintahan yang demokrasi dan Insyallah adil, walaupun tanpa
menafikan kita juga harus menerima kenyataan bahwa terkadang birokrasi
pemerintahan di negeri kita belum seratus persen terbebas dari kasus KKN, namun
setidaknya kita sebagai generasi penerus bangsa yang pastinya akan
digadang-gadang untuk menjadi calon pemimpin masa depan diharapkan mampu untuk
membuat Indonesia semakin menjadi lebih baik lagi di masa yang mendatang.
Pendidikan
sebenarnya, di Indonesia sendiri seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya
Indonesia selalu mengusahakan adanya perbaikan-perbaikan, contoh konkritnya
adalah pemberlakuan dari Kurikulum 2013 atau biasa kita menyebutnya dengan K
13, yang mana pada sistem ini diharapkan untuk para siswa yang lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru di sini berperan hanya sebagai
fasilitator dan pemantau dari berjalannya kegiatan belajar para siswa di kelas.
Selain daripada penerapan K 13 sebagai kurikulum terbaru yang dinilai paling
efektif dalam meningkatkan kemajuan pendidikan di Indonesia, penerapan sistem
full day school di berbagai tingkat pendidikan wajib di Indonesia juga menjadi
salah satu kebijakan yang cukup menyita perhatian masyarakat, sebab hal ini
memiliki banyak pertentangan antara pro dan kontra di kalangan para orang tua
utamanya. Banyak yang berpendapat bahwa kebijakan ini sangat efektif dari segi
pemanfaatan waktu dan kegiatannya. Namun, tidak sedikit pula yang menyangkal
hal ini dikarenkan mengatasnamakan keadilan dan hak asasi manusia. Dari dua
contoh di atas sebenarnya kita dapat menarik benang merahnya yaitu pendidikan
di Indonesia sebenarnya selalu mengusahakan yang terbaik dan seiring
bertambahnya waktu semakin baik dan semakin baik lagi kedepannya.
Lantas, hal apakah yang mempengaruhi kurangnya
Sumber Daya Manusia mumpuni di Indonesia, kenapa masih banyak saja isu-isu
kemanusiaan yang berkembang di Indonesia di tengah pendidikan Indonesia yang
semakin baik, dengan harapan dari kita semua agar kesejahteraan Indonesia
semakin meningkat di kemudian hari seharusnya terjadi justru realitanya
mengatakan hal sebaliknya. Hal seperti itu terjadi bukan hanya kesalahan
pemerintah, hal tersebut seharusnya menjadi tanggung jawab kita semua sebagai
penerus generasi. Seharusnya kita malu dan berkaca serta mulai bertanya pada
diri kita masing-masing kenapa hal demikian dapat terjadi, karena pada diri
kita terdapat tanggung jawab moral dan materil, sebagai putra-putri bangsa yang
mana amanat dan cita-cita bangsa berada tepat di punggung kita. Menanamkan rasa
cinta kebangsaan dan cinta tanah air sangatlah perlu disamping dari akademik
yang selalu diajarkan di setiap instansi pendidikan di semua jenjang
pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah telah mengalakkan adanya pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan atau biasa kita sebut dengan PKN, bahkan sampai pada
tingkat Perguruan Tinggi pun pemerintah menetapkan Mata Kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dan Pancasila sebagai mata kuliah wajib tingkat Nasional yang
wajib diambil untuk pemenuhan nilai kelulusan yang berlaku di setiap perguruan
tinggi. Kebijakan pemerintah tersebut sebenarnya sangat mengharapkan agar para
kawula muda Indonesia memiliki rasa patriotisme dalam masing-masing jiwa mereka
di tengah era globalisasi yang nyatanya semakin mengancam kedaulatan bangsa
ini.
Karena
sebenarnya para korupsi lahir bukan karena desakan ekonomi atau kerakusan
semata, melainkan dikarenakan kurangnya kepedulian terhadap orang lain sebagai
saudara setanah air sehingga dibutakan nafsu duniawi dan akhirnya menjerumuskan
pada yang namanya dosa besar yang hampir tidak dapat dimaafkan yaitu korupsi,
yang masih hingga saat ini menjadi salah satu momok paling mengkhawatirkan
bangsa ini. Sehingga perlu disadari pula bahwa kita tidak semestinya bergantung
pada pemerintah atas semua permasalahan yang kita hadapi, karena sebenarnya
kita sudah mengetahui duduk permasalahan hal yang menjadi masalah kita tentunya
kita juga pastinya mengetahui bagaiaman cara menyikapinya persoalan tersebut
dengan lebih mendetail. Oleh sebab itu, terkadang masyarakat kita terlalu manja
dengan selalu menyalahkan pemerintahan, sebenarnya kita semua tau bahwasanya
tiada satupun manusia yang sempurna di muka bumi ini namun masih saja banyak
diantara kita yang suka menuntut agar adanya pemimpin yang sempurna di mata
mereka dengan berbagai preferensi mereka masing-masing.
Sebenarnya
solusi dari permasalahan ini cukup simple, yaitu dengan memposisikan diri
sendiri sebagai orang lain dan cukup memebayangkan betapa sulitnya di suatu
posisi yang mana setiap kebijakan yang kita seharusnya kita pilih selalu
mengandung kasus pro dan kontra yang tak kunjung mereda, selalu saja ada hal
yang salah di mata mereka apapun hasil kerja keras kita, karena yang mereka lakukan
hanya melihat, mereka bahkan tidak pernah tau apa yang terjadi di belakang
layar, apa yang telah menjadi korban dari suatu kebijakan, dan apa yang menjadi
suatu tanggungan yang besar dari pengambilan suatu kebijakan saja. Bayangkan
wahai kawanku, apabila kalian berada di posisi berat yang selalu saja walau
hendak kemanapun langkah kalian dipijakkan akan selalu ada batu penghalang yang
selalu bertujuan untuk menjatuhkan kalian tak peduli seberapa berhati-hatinya
kalian dalam berkata-kata maupun bertingkah laku.
Isu
kemanusiaan yang biasa kita jadikan sebuah headline utama yang menjadi berita
pokok dan sorotan utama kini tersingkir oleh banyaknya hal yang tengah viral,
walaupun sesaat namun viral selalu mejadi pemenang tetap dalam menarik
perhatian khlayak umum dimanapun dan kapanpun. Walhasil sekarang media sosial
dipenuhi oleh orang-orang yang berusaha mencari ketenaran dengan melakukan
berbagai macam hal hanya untuk mendapat pujian, sanjungan, dan para pengikut di
berbagai akun sosial mereka, akibatnya sebenarnya apa yang kita lihat di media
sosial tidak menjamin 100% keautentikan suatu postingan benar begitu adanya, karena
manusia cenderung ingin selalu terlihat lebih keren dan mentereng dibandingkan
yang lain terlebih lagi di hadapan teman-temannya. Kecenderungan inilah yang
dapat berakibat fatal, sehingga banyak para masyarakat yang mendewakan postingan
dari segelintir orang yang mereka anggap keren atau menjadi panutan mereka.
Kendati
demikian, masih ada beberapa orang yang memperdulikan oang lain dengan
memberikan asupan berita yang benar-benar terjadi. Namun, ironisnya dari banyak
orang tersebut malah terkesan kurang dihargai dan kurang diminati untuk
postingannya hanya sekedar dibaca atau sekedar memberikan suatu perhatian.
Sehingga, hal semacam inilah yang membuat banyak orang dewasa ini
berlomba-lomba memebuat postingan dengan berbagai macam ‘bumbu’ yang diharapkan
dapat menarik perhatian khalayak umum, bahkan tidak jarang lebih banyak ‘bumbu’
itu sendiri, dibandingkan peristiwa sebenarnya, demi menaikkan rating
popularitas dan mendapatkan peminat, hal tersebut biasa dilakukan oleh para
pembuat berita dan warta berita. Karena sekarang hampir semua hal yang ada di
muka bumi ini memiliki tolok ukur berupa materi, sehingga hampir-hampir tidak
ada media yang tidak mencari keuntungan dengan tidak menjual berbagai berita
menarik, tentunya.
Sebagai
kaum milenial cerdas kita harus mampu mencermati dengan tepat atas hal yang
berkaitan dengan berita apapun juga. Selain tugas kita untuk mencermati hal
tersebut, hal lain yang juga menjadi tugas kita ialah membantu orang lain
terlebih pada segelintir orang yang masih buta pada teknologi, sehingga sulit
menyaring kebenaran dari informasi yang diterimanya, yang berakibat tentunya
mereka jadi lebih mudah memepercayai hal pertama yang disampaikan kepada mereka
terlepas pada berbagai hal lain yang juga sebenarnya memiliki banyak hal yang
perlu untuk dipertimbangkan. Era digital dewasa ini memang memliki banyak
manfaat yang tidak dapat kita dustakan, pastinya. Namun dibalik semua hal itu
banyak hal yang sebenarnya lebih urgen dibandingkan hanya sekedar sebagai media
penyampai informasi, nyatanya apabila yang dapat kita lakukan dalam
menyampaikan rasa peduli dan rasa simpati kita hanya dengan mengklik simbol
like atau love atau hanya dengan memberikan ucapan belasungkawa atau ungkapan
perhatian melalui komentar. Karena hal yang sebenarnya mereka butuhkan bukan
hanya sekedar support berbentuk dukungan emosional namun mereka juga
memebutuhkan dukungan berupa tindakan. Kesimpulan yang dapat saya sampaikan
dari tulisan ini ialah, bagaiamana cara kita dapat menumbuhkan rasa kepedulian
warganet dewasa ini, selain daripada hanya menghabiskan waktu mereka berkutat
pada media sosial mereka masing-masing akan lebih berarti dengan saling
mencintai saudara kita di berbagai tempat di dunia ini, salah satunya dengan
menumbuhkan rasa kepeduliaan di dalam jiwa kita masing-masing serta dengan
meningkatkan rasa sepenanggungan kita terhadap mereka-mereka para saudara kita
yang kurang beruntung di sana.
Dengan
adanya tulisan ini, besar harapan saya agar kita bersama-sama bahu-membahu
mewujudkan kesejahteraan di manapun kita berada. Setidak-tidaknya apabil kita
tidak dapat berkontribusi banyak, setidaknya kita dapat menjaga diri kita
masing- masing dari tindakan merugikan orang lain. Sehingga kita dapat
membuktikan bahwa agama kita, Islam merupakan agama rahmatan lil alamien,
Wallahu ‘alam bisshawab.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Oleh Penulis,
Salsabella Anzalta
Makassar, 08 Januari 2019